Masih minimnya kualitas maupun kuantitas
sumber daya manusia (SDM) atau sumber daya insani di industri perbankan syariah
membuat situasi bajak-membajak karyawan terus terjadi.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Bank-Bank Syariah
Indonesia (Asbisindo) Achmad K Permana mengatakan, kondisi terbatasnya lulusan
khusus ekonomi syariah maupun perbankan syariah membuat bank syariah terpaksa
mencari fresh graduate atau karyawan
berpengalaman dari bank konvensional.
Namun, seringkali upaya itu masih terkendala
oleh banyak hal, termasuk soal perbedaan gaya hidup karyawan yang cukup
drastis.
“Banyak karyawan yang segan kerja di bank
syariah karena mereka sudah tidak boleh jalan-jalan pakai celana pendek lagi,
tidak boleh merokok, tidak boleh pasang foto yang terlalu berani di Facebook.
Mereka mau tidak mau memang harus menyesuaikan gaya hidupnya,” tukas Permana
dalam Bincang-Bincang Menguak Krisis Sumber Daya Insani di Perbankan
Syariah di Jakarta, Senin (13/8).
Permana mengatakan, hal lainnya yang juga
dapat membuat para karyawan bank konvensional atau fresh graduate berlatar belakang konvensional tidak berminat
bekerja di bank syariah adalah persoalan remunerasi atau bonus.
Dia menjelaskan, seorang bankir top level di bank konvensional bisa saja
meraih total remunerasi hingga ratusan juta bahkan Rp 1 miliar satu tahunnya.
Padahal, di sebuah unit usaha syariah, total laba bersih suatu bank saja bisa
hanya sekitar Rp 10 miliar per tahun, sehingga tingkat remunerasinya tidak sebanding.
Permana yang juga menjabat Kepala Divisi
PermataBank Syariah juga mengatakan, rata-rata anak buahnya berasal dari bank
konvensional, tidak terkecuali bank asing.
“Mereka terpikir mencari karier dan pendapatan
yang bagus di konvensional. Tapi saya bilang, di bank konvensional, best sales atau tenaga pemasar paling
top itu ada ribuan jumlahnya. Sedangkan di bank syariah paling hanya 2-3 orang.
Itu kesempatan bagi mereka,” kata Permana.
Namun, dia mengakui, keputusan orang untuk
berpindah pekerjaan adalah sebuah Hak Asasi Manusia (HAM), sehingga persoalan
bajak-membajak masih akan terus ada jika suplai SDM perbankan syariah belum
memadai.
ID/Grace Dwitiya Amianti