Senin, 30 Juli 2012

Perbankan Berlomba Terjun ke Kredit Infrastruktur






Oleh: Grace Dwitiya Amianti


NUSA DUA – Kendati merupakan jenis kredit jangka panjang dan nilai plafon serta risikonya cukup tinggi, kredit infrastruktur tetap dilirik oleh perbankan nasional. Bahkan, bank-bank yang sebelumnya tidak memiliki sejarah yang panjang dalam pembiayaan infrastruktur, mulai tertarik untuk terlibat.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) termasuk bank yang sebelumnya tidak terlalu banyak berkecimpung dalam kredit infrastruktur. Namun, kondisi ekonomi yang sedang bertumbuh, ditunjang proyek-proyek pembangunan yang semakin meningkat, membuat bank swasta nasional itu menyatakan ketertarikannya untuk turut terlibat.

Direktur Korporasi BCA Dhalia Mansoor Ariotedjo menegaskan, pihaknya tidak bersikap 'pilih-pilih' atau terlalu selektif terhadap proyek-proyek yang layak dibiayai. Menurut dia, perseroan tetap akan membiayai proyek yang memang feasible.

"Yang sudah pasti untuk infrastruktur itu sekitar Rp 2 triliun sampai akhir tahun," ungkap Dhalia seusai penandatanganan kredit sindikasi di Nusa Dua, Bali, Senin (9/7).

Hingga April 2012 yang lalu, total realisasi pinjaman (outstanding) BCA untuk infrastruktur mencapai Rp 23 triliun. Sedangkan nilai yang belum ditarik sebesar Rp 10 triliun.

BCA terlibat dalam kredit sindikasi sebesar Rp 1,73 triliun untuk proyek jalan tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa (Tol Benoa) yang dipelopori PT Jasamarga Bali Tol (JBT), dengan porsi sebesar Rp 200 miliar. Tidak ingin ketinggalan, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) turut terlibat dalam sindikasi tersebut, dengan porsi sebesar Rp 104,3 miliar.

BTN yang notabene pemain utama di pasar Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tertarik untuk masuk ke pembiayaan jalan tol untuk pertama kalinya karena proyek tersebut sangat feasible. Di sisi risiko dan aspek lainnya, perseroan menilai proyek tersebut sudah memenuhi kriteria yang baik.

"Ini dapat meningkatkan kredit investasi jangka panjang. Tapi kami tetap konsentrasi di kredit perumahan, terutama segmen menengah ke bawah atau di bawah harga Rp 1 miliar," ungkap Direktur Konsumer dan Operasional BTN Irman Alvian Zahiruddin.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) yang selama ini lebih dikenal sebagai bank mikro, belakangan cukup getol menambah komitmen-komitmen kredit untuk infrastruktur. Sebagai contoh, dengan Jasa Marga dan Kereta Api untuk angkutan darat, Angkasapura untuk angkutan udara, dan Pelindo untuk angkutan laut.

"Target kami untuk jalan tol saja kira-kira Rp 2,8 triliun tahun ini. Sudah signing semua, tinggal pencairan saja," ungkap Direktur Bisnis Kelembagaan dan BUMN BRI Asmawi syam.

Dia menjelaskan, BRI hendak masuk ke kredit infrastruktur untuk Angkasapura selanjutnya sebesar Rp 4 triliun dengan sistem sindikasi.Target infrastruktur. Namun, hingga kini sindikasi untuk Kereta Api-lah yang paling besar bagi BRI, yaitu Rp 2 triliun.

Bank yang sudah cukup sering membiayai jalan tol, yaitu PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menegaskan posisi mereka di bidang infrastruktur. Hingga kini, total dana yang dikucurkan BNI untuk membiayai pembangunan jalan tol di seluruh Indonesia sebanyak Rp 4,1 triliun.

Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Riswinandi menegaskan, perbankan tetap memiliki mandat intermediasi namun tetap mengevaluasi apakah proyek-proyek tertentu cukup feasible. Dia menilai, multiplier effectnya cukup besar jika infrastruktur mendapatkan pembiayaan dari bank dan dikembangkan dengan serius.

Hingga Mei 2012, pembiayaan Bank Mandiri di sektor infrastruktur mencapai Rp 29,96 triliun, meningkat 28,6% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 23,29 triliun. Dari portofolio kredit tersebut, pembiayaan untuk pembangunan jalan tol mencapai Rp 10,66 triliun, tumbuh sekitar 6,4% dari penyaluran pada Mei 2011 yang sebesar Rp 10,02 triliun.

Bunga 10%
Sementara itu, enam bank yang terlibat dalam sindikasi untuk proyek pembangunan jalan tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa di Bali mematok bunga kreditnya di level 10% untuk tahap awal.

Sebanyak enam bank, yaitu PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN), dan PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali, memberikan kredit sindikasi sebesar Rp 1,73 triliun untuk proyek tersebut.

PT Jasamarga Bali Tol (JBT) selaku debitor dan anak usaha PT Jasa Marga (Persero) Tbk menggandeng sebanyak tujuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karya atau yang bergerak di bidang konstruksi.

“Untuk bunganya 10 persen pada masa konstruksi, setelah konstruksi selesai, bunga sebesar average time deposit (rata-rata bunga deposito) plus 5 persen. Sedangkan tenornya 15 tahun dengan masa tenggang (grace period) 3 tahun,” kata Direktur Utama JBT Akhmad Tito Karim dalam jumpa pers seusai penandatanganan kerja sama di Nusa Dua, Bali, Senin (9/7).

Dari kredit sindikasi tersebut, tiga bank menjadi joint lead mandated arrangers, yaitu BNI, BRI, dan Bank Mandiri dengan kredit masing-masing sebesar Rp 445 miliar. Kemudian BCA menyalurkan Rp 200 miliar, BTN Rp 104,3 miliar, dan BPD Bali Rp 100 miliar. (grc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar