JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) mulai serius merambah industri fashion domestik untuk melakukan pembiayaan. Pasalnya, belakangan industri tersebut mulai mencari peluang untuk melakukan ekspor-impor lebih giat.
Sekretaris Perusahaan BRI Muhamad Ali mengatakan, geliat
industri fashion semakin meningkat,
sehingga menyumbang 0,5% atau sebesar US$ 5 miliar terhadap total Produk
Domestik Bruto (PDB) tahun 2011 yang mencapai sekitar Rp 7.400 triliun.
Ali menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung
stabil dan didukung konsumsi yang tinggi, membuat prospek industri fashion semakin berkembang.
“Sebagai bank penyalur kredit usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) terbesar di Indonesia, kami sangat concern dengan perkembangan industri fashion di tanah air,” kata Ali dalam jumpa pers Jakarta Fashion
Week di Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (19/9).
Hingga Juni 2012, total penyaluran kredit BRI ke industri fashion telah mencapai sekitar 0,5% dari
total kredit sebesar Rp 305 triliun. Sedangkan pada periode yang sama, total
penyaluran kredit UMKM, yang termasuk di dalamnya adalah kredit ke industri fashion telah mencapai Rp 231,4 triliun,
meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 213 triliun.
Melihat perkembangan dunia fashion yang semakin maju, kata Ali, BRI akan mengupayakan seluruh
pelaku industri tersebut untuk mendapatkan pembiayaan.
“Tentunya dengan produk pembiayaan beserta keistimewaan yang
sesusai dengan kebutuhan para fashionista
yang muda, dinamis, dan kreatif,” ujar dia.
Saat ini, lanjutnya, BRI memiliki skim Kredit Usaha Rakyat
(KUR) mikro dengan plafon yang cocok untuk industri kecil dan menengah di
sektor fashion. Nilai plafonnya dapat
mencapai Rp 20 juta, sedangkan KUR ritel mencapai Rp 500 juta.
“Skim ini sangat cocok untuk pelaku bisnis kecil atau ritel
yang baru memulai usahanya untuk menguatkan permodalan mereka dalam
mengembangkan usaha, sehingga cashflow akan
lebih lancar,” papar Ali.
Sedangkan di sisi jenis kreditnya, kata dia, BRI menawarkan
produk kredit modal kerja (KMK) dan kredit investasi (KI). KMK dapat membantu
kebutuhan keuangan operasional usaha, sedangkan KI untuk pembelian aset
penunjang usaha. Sedangkan untuk pengusaha fashion
yang telah melakukan ekspor-impor, terdapat fasilitas lainnya seperti L/C (Letter of Credit), KMK ekspor-impor, dan
lain-lain.
Selain memberikan pembiayaan, perseroan berupaya memajukan
usaha fashion dari debitor yang non bankable hingga menjadi bankable di tingkat mikro, kemudian
menjadi ritel dan menengah. Sejumlah layanan yang diberikan yaitu bantuan
pemasaran produk debitor secara luas, melalui keikutsertaan pada event besar terkait fashion, baik tingkat domestik maupun internasional.
“Misalnya, kami mengikutkan mitra-mitra kami pada pameran
Inacraft yang terbesar di Indonesia, kemudian pameran Adikriya, Jakarta Fashion
Week, event-event bazar, event kebudayaan di berbagai negara, dan lain-lain,”
jelasnya.
Ali menambahkan, perseroan turut melatih para debitor untuk
membuat laporan keuangan secara sederhana, sehingga memudahkan dalam mengelola
keuangan usaha mereka. BRI juga memasang mesin electronic data capture (EDC) pada setiap outlet debitor untuk memudahkan transaksi.
Sementara itu, Direktur Direktorat Jenderal Pengembangan
Ekspor Kementerian Perdagangan Bustami mengatakan, saat ini kelompok masyarakat
menengah di Indonesia mencapai 50 juta orang atau sekitar 30% dari total
penduduk. Kelompok tersebut, kata dia, sangat menarik untuk menjadi sasaran
produk fashion dalam negeri.
“Kalau tidak kita manfaatkan, negara lain yang akan
memanfaatkan. Kita banyak mengimpor fashion,
terutama aksesoris, itu mencapai US$ 700 juta pada 2011. Padahal, kita banyak
memiliki desainer berbakat yang membutuhkan dukungan seoptimal mungkin. Pada 6
bulan pertama tahun 2012, total ekspor fashion
termasuk kosmetik kita mencapai US$ 5,5 miliar ke 20 negara,” paparnya. (grc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar