Rabu, 19 September 2012

BRI Rambah Biayai Industri Fashion



JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) mulai serius merambah industri fashion domestik untuk melakukan pembiayaan. Pasalnya, belakangan industri tersebut mulai mencari peluang untuk melakukan ekspor-impor lebih giat.

Sekretaris Perusahaan BRI Muhamad Ali mengatakan, geliat industri fashion semakin meningkat, sehingga menyumbang 0,5% atau sebesar US$ 5 miliar terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2011 yang mencapai sekitar Rp 7.400 triliun.

Ali menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung stabil dan didukung konsumsi yang tinggi, membuat prospek industri fashion semakin berkembang.

“Sebagai bank penyalur kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terbesar di Indonesia, kami sangat concern dengan perkembangan industri fashion di tanah air,” kata Ali dalam jumpa pers Jakarta Fashion Week di Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (19/9).

Hingga Juni 2012, total penyaluran kredit BRI ke industri fashion telah mencapai sekitar 0,5% dari total kredit sebesar Rp 305 triliun. Sedangkan pada periode yang sama, total penyaluran kredit UMKM, yang termasuk di dalamnya adalah kredit ke industri fashion telah mencapai Rp 231,4 triliun, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 213 triliun.

Melihat perkembangan dunia fashion yang semakin maju, kata Ali, BRI akan mengupayakan seluruh pelaku industri tersebut untuk mendapatkan pembiayaan.

“Tentunya dengan produk pembiayaan beserta keistimewaan yang sesusai dengan kebutuhan para fashionista yang muda, dinamis, dan kreatif,” ujar dia.

Saat ini, lanjutnya, BRI memiliki skim Kredit Usaha Rakyat (KUR) mikro dengan plafon yang cocok untuk industri kecil dan menengah di sektor fashion. Nilai plafonnya dapat mencapai Rp 20 juta, sedangkan KUR ritel mencapai Rp 500 juta.

“Skim ini sangat cocok untuk pelaku bisnis kecil atau ritel yang baru memulai usahanya untuk menguatkan permodalan mereka dalam mengembangkan usaha, sehingga cashflow akan lebih lancar,” papar Ali.

Sedangkan di sisi jenis kreditnya, kata dia, BRI menawarkan produk kredit modal kerja (KMK) dan kredit investasi (KI). KMK dapat membantu kebutuhan keuangan operasional usaha, sedangkan KI untuk pembelian aset penunjang usaha. Sedangkan untuk pengusaha fashion yang telah melakukan ekspor-impor, terdapat fasilitas lainnya seperti L/C (Letter of Credit), KMK ekspor-impor, dan lain-lain.

Selain memberikan pembiayaan, perseroan berupaya memajukan usaha fashion dari debitor yang non bankable hingga menjadi bankable di tingkat mikro, kemudian menjadi ritel dan menengah. Sejumlah layanan yang diberikan yaitu bantuan pemasaran produk debitor secara luas, melalui keikutsertaan pada event besar terkait fashion, baik tingkat domestik maupun internasional.

“Misalnya, kami mengikutkan mitra-mitra kami pada pameran Inacraft yang terbesar di Indonesia, kemudian pameran Adikriya, Jakarta Fashion Week, event-event bazar, event  kebudayaan di berbagai negara, dan lain-lain,” jelasnya.

Ali menambahkan, perseroan turut melatih para debitor untuk membuat laporan keuangan secara sederhana, sehingga memudahkan dalam mengelola keuangan usaha mereka. BRI juga memasang mesin electronic data capture (EDC) pada setiap outlet debitor untuk memudahkan transaksi.  

Sementara itu, Direktur Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Kementerian Perdagangan Bustami mengatakan, saat ini kelompok masyarakat menengah di Indonesia mencapai 50 juta orang atau sekitar 30% dari total penduduk. Kelompok tersebut, kata dia, sangat menarik untuk menjadi sasaran produk fashion dalam negeri.

“Kalau tidak kita manfaatkan, negara lain yang akan memanfaatkan. Kita banyak mengimpor fashion, terutama aksesoris, itu mencapai US$ 700 juta pada 2011. Padahal, kita banyak memiliki desainer berbakat yang membutuhkan dukungan seoptimal mungkin. Pada 6 bulan pertama tahun 2012, total ekspor fashion termasuk kosmetik kita mencapai US$ 5,5 miliar ke 20 negara,” paparnya. (grc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar